Jangan Melihat Kecuali Kepada Allah

Jangan Melihat Kecuali Kepada Allah. Para ulama mengatakan bahwa dasar dan prinsip yang lain ketika berjalan menuju Allah adalah ‘multafitun laa yashil’ (orang yang menoleh tidak akan sampai). Jika kita ingin sampai pada akhir perjalanan ini, maka hendaknya kita harus senantiasa berjalan tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan. Ketika kita berjalan di jalanan yang dipenuhi hiasan gemerlapan dan warna-warni lampu-lampu indah, biasanya kita akan berhenti sejenak untuk menikmati pemandangan itu. Setiap ada yang menarik, kita akan cenderung menghentikan perjalanan sejenak.

Ketahuilah, umur akan pergi dengan sia-sia jika kita terus-menerus seperti itu. Para kekasih Allah sering mengatakan bahwa waktu bagaikan pedang, jika engkau tidak bisa mematahkannya maka engkau akan dipatahkan. Al-Imam Syafi’i Ra. berkata, “aku telah berteman dengan orang-orang sufi, dan satu pelajaran berharga yang aku perolah dari mereka adalah waktu itu ibarat pedang”.

Multafitun laa yashil’ (yang menoleh tidak akan sampai) adalah satu pondasi besar dari beberapa pondasi dalam beradab kepada Allah Swt. Oleh sebab itu, yang diminta dari kita adalah ikhlas karena Allah.

Perjalanan ini tidak diniatkan untuk melihat anwaar (cahaya-cahaya), tidak pula untuk menyingkap asraar (rahasia-rahasia), tidak pula untuk mengamati rahasia alam mulk (alam yang bisa dilihat dan dirasakan dengan panca indra), tidak pula untuk menyaksikan keajaiban malakuut (alam gaib). Namun, tujuan yang ingin dicapai hanya satu yaitu Allah Swt.

Jika seorang hamba sedang berdzikir, sesungguhnya ia sedang membeningkan kalbunya. Dzikir adalah alat pengkilap hati, dan ketika hati telah bersih mengkilap ia akan menjadi cermin. Jika hati telah menjadi cermin, ia akan memantulkan anwaar rubuubiyah (cahaya ilahi). Pemantulan cahaya ilahi dari hati akan menimbulkan kenikmatan yang luar biasa.

Kenikmatan ini sungguh lain dirasakan, sampai-sampai para sufi tidak menemukan bahasa yang tepat untuk mengungkapkan rasa ini. Tidak akan merasakannya, kecuali mereka yang telah mempraktekkannya. Siapa mereka yang telah merasakannya akan mengetahui, dan yang mengetahui akan terus mengeruk rezeki dan kenikmatan. Kita tidak akan bisa mengetahui tanpa mencobanya.

Dzikir adalah langkah awal dalam berjalan menuju Allah. Bila engkau sedang mengingat Allah, lalu terjadi sesuatu yang menakjubkan pada dirimu, kemudian engkau terlena dengan sesuatu yang menakjubkan ini, berarti engkau sedang menoleh. Inilah awal penyimpangan, dan engkau tidak lagi dikatakan ikhlas dalam mencari Allah Swt.

Syaikh Ali Jum’ah, At-Thariq ila Allah

 

 

 

 

Sudah Muslimkah Kita, Siapa Muslim Yang Sebenarnya

Sudah Muslimkah Kita, Siapa Muslim Yang Sebenarnya. Keindahan Islam menakjubkan akal manusia karena ajaran akhlak baiknya akan membuka hati-hati yang telah lama terkunci. Islam adalah agama yang baik.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “orang mukmin itu lemah-lembut, baik hati, wajahnya ceria, dan memiliki akhlak yang baik”. (HR. Ibnu Habbaan, Thabari).

Dengan akhlaknya yang mulia, menepati janji, perkataan yang jujur, keadilan, ketawadhuan, Islam bisa membuat akal-akal manusia menjadi takjub. Oleh karena itu kita saksikan banyak orang yang berbondong-bondong masuk Islam, alhamdulillahi robbil’aalamiin. Agama Islam adalah praktek ‘amali (aplikasi) dari asmaul husna dan wahyu mulia yang termaktub di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang akan membentuk pemeluk-pemeluknya menjadi manusia-manusia yang gemar berbuat baik kepada alam semesta.

Manusia adalah makhluk yang dibekali oleh Allah dengan akal, maka ia senantiasa mencari tahu segala sesuatu yang belum diketahuinya. Sebelum menemukan tuhannya, ia selalu diliputi pertanyaan ‘dari mana ia berasal?’. Seorang muslim tentu akan bisa menjawab pertanyaan ini, bahwa Allahlah yang menciptakan langit, bumi, dan semua umat manusia. Ia adalah pencipta segala sesuatu.

Allah berfirman,

الرَّحْمَنُ (١)عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢)خَلَقَ الإنْسَانَ

(Tuhan) yang maha pemurah, yang telah mengajarkan Al-Quran. Dia menciptakan manusia. (QS. Ar-Rahman: 1-3).

Seorang muslim harus bisa memahami tauhid (ilmu pengesaan tuhan) dengan benar. Bukan hanya bertauhid mengesakan Allah saja, akan tetapi ia juga harus memahami bahwa nabi Muhammad itu satu dan dia menjadi penutup nabi-nabi.

Allah berfirman,

مَا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَا أَحَدٍ مِنْ رِجَالِكُمْ وَلَكِنْ رَسُولَ اللَّهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا

Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi ia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu. (QS. al-Ahzab: 40).

Sorang mukmin juga mengetahui bahwa kitab agama Islam ada satu, yang senantiasa terus dijaga oleh Allah dari penyimpangan dan perubahan.

Allah berfirman,

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami (Allah) yang menurunkan Al-Qur’an dan Kami (Allah) yang akan menjaganya. (QS. Al-Hijr: 9).

Disamping itu ia juga harus memahami bahwa umat ini satu.

Allah berfirman,

إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ

Sesungguhnya ini adalah umat yang satu. Dan Aku adalah tuhanmu, maka sembahlah Aku!. (QS. Al-Anbiya’: 92).

Allah juga berfirman,

فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُمَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ

Hadapkanlah wajahmu pada arah masjidil haram. Dimana saja kamu berada maka hadapkanlah wajahmu ke arah itu. (QS. Al-Baqarah: 144).

Risalah Islam akan berlaku sepanjang zaman.

Allah berfirman,

مِلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ

Agama bapakmu Ibrahim. Allah yang memberimu nama dengan nama muslimin (orang Islam) sejak dahulu. Dan supaya Muhammad menjadi saksi atas kamu sekalian. Dan kamu menjadi saksi atas umat-umat yang lalu. (al-Hajj: 78).

Tauhid yang dimaksud pada pembahasan di sini adalah tauhid yang meliputi segala sesuatu, semua manusia, dan berlaku untuk setiap waktu dan tempat. Tauhid ini harus berpengaruh pada akal seorang muslim dan sekaligus menjadi prinsipnya dalam memahami dan menjalani hidup bersama dengan sesama dan alam.

Seorang muslim juga mengetahui bahwa Allah SWT tidak membiarkan manusia begitu saja tanpa taklif (pembebanan). Allah SWT menciptakan syareat (hukum Islam), menurunkan kitab-kitab suci dan wahyu.

Allah berfirman,

لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا

Setiap umat memiliki tata cara syareat (peribadatan) sendiri-sendiri. (QS. Al-Maidah: 48).

Setiap nabi membawa syariatnya tersendiri yang khusus untuk umat tertentu, namun begitu Allah menjadikan Islam sebagai sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah sejak zaman nabi Adam sampai zaman nabi Muhammad SAW.

Allah berfirman,

إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الإسْلامُ

Sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah adalah agama Islam. (QS. Ali-Imron: 19).

Allah juga berfirman,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الإسْلامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidak akan diterima. (QS. Ali-Imron: 85).

Takliif (Pembebanan dari Allah)Prinsip dasar takliif ada tiga yaitu:

  1. Beribadah kepada Allah

Allah berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah kepadaku. (Adz-Dzariyat: 56).

  1. Memakmurkan bumi

Memakmurkan bumi dapat dilakukan dengan cara bersemangat melestarikannya dan mencegah dari berbagai tindakan yang dapat merusak.

Allah berfirman,

هُوَ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَاسْتَعْمَرَكُمْ فِيهَا

  Allah yang menciptakanmu dari tanah dan memintamu untuk memakmurkannya. (QS. Hud: 61).

  Allah juga berfirman,

وَلا تَعْثَوْا فِي الأرْضِ مُفْسِدِينَ

 Janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. (QS. Hud: 85)

  1. Mensucikan jiwa

   Allah berfirman,

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا (٧)فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا (٨)قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا (٩)وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

Demi jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, sesungguhnya Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan ketakwaan. Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. As-Syams: 7-10).

Seorang muslim juga mengetahui dan meyakini bahwa akan ada hari akhir guna perhitungan amal.

Allah berfirman,

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (٧)وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ

Barangsiapa yang melakukan amal kebaikan seberat biji sawipun maka Allah akan membalasnya. Dan barang siapa yang melakukan kejahatan seberat biji sawi pun maka Allah akan membalasnya pula. (QS. Az-Zalzalah: 7-8).

Seorang muslim yang mengetahui hal-hal yang dipaparkan di atas, ia akan memiliki jiwa dan kepribadian yang istimewa, ia akan menjadi muslim yang baik. Seorang muslim yang baik akan ikhlas dan rela menanggung beban dari Allah meski terasa berat dan melelahkan. Ia juga akan merelakan hilangnya nikmat, jika hal itu dapat mendekatkan dirinya kepada surga. Ia akan senantiasa menolak segala kesenangan yang akan mengantarkannya menuju neraka jahanam.

Ia akan menjadi pribadi muslim yang mampu memahami apa-apa yang diinginkan Allah di dalam wahyu-Nya, Muslim yang beriman secara mutlak dan meyakini keberadaan Allah yang tidak berakhir dan tanpa terbatas.

Beriman kepada Allah -yang bersifat tiada akhir dan tanpa batas- muncul dari hati yang beriman kepada nama dan sifat-sifat-Nya yang mulia, yaitu asmaa’ul husnaa yang telah tertulis di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits -yang merupakan kerangka tarbiyah (pendidikan) bagi seorang muslim-.

Allah berfirman,

فَلَهُ الأسْمَاءُ الْحُسْنَى

Allah memiliki Asmaa’ul Husnaa (nama-nama yang mulia). (QS. Al-Isra’: 110).

Jumlah Asma’ul Husna yang disebutkan di dalam Al-Qur’an ada lebih dari 150 nama. Sedangkan yang disebutkan di dalam Al-Hadits ada 160 nama. Dan jumlah keseluruhannya ada 220 dengan tanpa pengulangan nama-nama yang sama.

Asma’ul Husna dapat dikategorikan menjadi tiga:

  1. Sifat Jamal (bagus). Yang termasuk kedalam sifat ini adalah, ar-rohman (pengasih), ar-rohim (penyayang), al-‘afuw (yang maha pengampun).
  1. Sifat Jalal (agung). Yang termasuk kedalam sifat ini diantaranya, al-muntaqim (maha menyiksa), al-jabbar (yang maha memaksa), al-qohhar (yang memaksa).
  1. Sifat Kamal (sempurna). Yang termasuk kedalam sifat ini diantaranya, al-awwal (yang pertama), al-akhir (yang akhir), adz-dzohir (yang tampak), al-batin (yang tak tampak).

Seorang mukmin yang baik akan berakhlak dengan sifat Jamal Allah, dan tidak berakhlak dengan sifat Jalal Allah -tetapi bergantung pada-Nya-. Orang mukmin itu mengasihi, menyayangi, memaafkan dan mencegah dirinya dari sifat marah.

Allah berfirman,

وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى

Janganlah kebencianmu kepada suatu kaum menjadikanmu tidak berlaku adil. Berlaku adillah! karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. (QS. Al-Maidah: 8).

Allah berfirman,

وَدَّ كَثِيرٌ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُمْ مِنْ بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ فَاعْفُوا وَاصْفَحُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٠٩)وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَمَا تُقَدِّمُوا لأنْفُسِكُمْ مِنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِنْدَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Sebahagian besar ahli kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran. Maka ma’afkanlah dan biarkanlah mereka, sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Sesungguhnya Allah maha kuasa atas segala sesuatu. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah: 109-110).

Seorang muslim akan memahami bahwa manusia adalah makhluk yang mulia, dan bukanlah satu bagian dari alam yang tidak ada artinya.

Allah berfirman,

وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلا

Sungguh kami telah memuliakan bani Adam. Kami akan membawa mereka ke darat dan ke laut. Dan kami memberikan rizki kepada mereka dengan makanan-makanan yang baik. Dan kami lebihkan manusia atas makhluk yang lain. (QS. Al-Isra’: 70).

Manusia berbeda dengan makhluk Allah yang lain, karena manusia membawa amanah.

Allah berfirman,

إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا

Kami memberi amanat kepada langit dan bumi, tetapi semuanya menolak dan manusia lah yang membawanya. Sesungguhnya manusia itu suka berbuat dzolim lagi sangat bodoh. (QS. Al-Ahzab: 72).

Seorang muslim juga harus mengetahui bahwa manusia adalah tuan di muka bumi ini, oleh karena itu ia harus beribadah kepada Allah sebagai seorang tuan, bukan sebagai benda mati.

Allah berfirman,

وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Allah SWT telah menundukan kepada kamu sekalian segala apa yang ada di langit dan di bumi. Sesungguhnya dalam hal ini terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang mau berfikir. (QS. Al-Jatsiyah: 13).

Seorang muslim juga meyakini bahwa waktu tertentu, tempat tertentu, dan orang tertentu juga memiliki kemuliaan. Sehingga ia sangat menjaga adab ketika bergaul dan berdekatan dengannya. Oleh karena itu, seorang mukmin sangat mensucikan dan mengagungkan malam lailatul qadar.

Allah berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sesungguhnya kami menurunkan al-Qu’an di malam lailatul qadar. (QS. Al-Qadr: 1).

Allah juga berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

Sesungguhnya kami menurunkan al-Qur’an di malam yang penuh berkah. (QS. Ad-Dukhon: 3).

Seorang muslim juga akan mensucikan Ka’bah.

Allah berfirman,

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ

Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun bagi umat manusia adalah ka’bah yang ada di Mekah yang penuh keberkahan dan menjadi petunjuk bagi seluruh alam. (QS. Ali-Imron: 96).

Nabi Muhammad SAW bersabda, “sungguh bagus engkau wahai ka’bah, sungguh wangi engkau wahai ka’bah, sungguh besar engkau wahai ka’bah, dan sungguh mulia engkau wahai ka’bah!. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya kehormatan seorang mukmin lebih agung di sisi Allah dari pada kehormatanmu”.

Seorang muslim juga akan mensucikan mushaf Al-Qur’an.

Allah berfirman,

لا يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ

Tidak boleh menyentuh mushaf kecuali orang-orang yang suci dari hadas dan najis. (QS. Al-Waqi’ah: 79).

Seorang musmin juga mampu mendudukkan nabi di tempat yang agung.

Allah berfirman,

لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا

Janganlah engkau menjadikan panggilan untuk rasul itu seperti panggilan antar sesama kalian. (QS. An-Nuur: 63).

Allah juga berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ

Wahai orang yang beriman! janganlah engkau meninggikan suaramu diatas suara nabi. Dan janganlah engkau berkata kepada nabi dengan nada yang biasa kalian gunakan diantara kamu. Karena hal itu bisa menghapus amalan kamu sedangkan engkau tidak menyadarinya. (QS. Al-Hujarat: 2).

Inilah penjelasan singkat mengenai sebab-sebab yang menjadikan Islam dan para pemeluknya dapat menarik akal-akal dan hati-hati banyak orang. Semoga penjelasan ini semakin menambah keyakinan kita sebagai seorang muslim. Amiin Yaa Rabbal Aalamiin

Syekh Ali Jum’ah, Al-Bayaan Lima Yusyghilul Adzhaan

Mengingatkan Pada Anak Kita Tentang Kesunahan-Kesunahan Wudhu

Mengingatkan Pada Anak Kita Tentang Kesunahan-Kesunahan Wudhu.

Kesunahan sebelum niat:

  1. Bersiwak
  2. Membaca basmalah
  3. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangannya.
  4. Berkumur
  5. Memasukkan air ke dalam lubang hidung dengan menghisapnya lalu mengeluarkannya

Kesunahan ketika membasuh wajah:

  1. Menambah basuhan wajah sampai bagian luar wajah hingga leher

Kesunahan ketika membasuh tangan:

  1. Membasuh kedua tangan sampai lengan
  2. Menyela jari-jari tangan.

Kesunahan ketika mengusap kepala:

  1. Mengusap keseluruhan kepala
  2. Mengusap daun telinga bagian luar dan dalam, juga lubangnya

Kesunahan ketika membasuh kaki:

  1. Membasuh kedua kaki sampai lutut
  2. Menyela jari-jari kaki dengan jari kelingking tangan kiri

Selain yang tersebut di atas masih ada beberapa kesunahan wudhu yanng dianjurkan untuk dilakukan pada masing-masing rukun:

  1. Menggosok-gosok anggota wudhu pada saat membasuhnya
  2. Membasuh masing-masing anggota wudhu sebanyak tiga kali
  3. Mendahulukan anggota wudhu bagian kanan sebelum anggota wudhu yang kiri.
  4. Muwalah (tanpa menunda-nunda), maksudnya setelah selesai membasuh anggota wudhu yang satu, segera meneruskan pada anggota wudhu yang lain
  5. Dikerjaka sendiri
  6. Tidak berbicara pada saat berwudhu
  7. Tidak mengeringkan air sisa wudhu yang menempel pada anggota wudhu, kecuali karena uzur.

Saat yang dianjurkan untuk bewudhu:

  1. Ketika akan membaca Al-Qur’an
  2. Metika akan mendengarkan Al-Hadits
  3. Ketika akan belajar ilmu agama
  4. Ketika akan memasui masjid
  5. Ketika akan berdzikir
  6. Ketika akan melakukan sa’i
  7. Ketika akan melakukan wukuf di Arafah
  8. Ketika akan berziarah, terutama ke makam Rasulullah Saw.
  9. Ketika akan berkhutbah, selain khutbah jum’at
  10. Sebelum tidur
  11. Sebelum adzan
  12. Sebelum mandi junub
  13. Setelah memandikan mayat
  14. Ketika akan membaca kitab tafsir
  15. Setelah tidak sengaja mengeluarkan kata-kata kotor.

Fuad hasan, Fiqih Ibadah