Terus Berdzikir Setelah Berhasil Mengalahkan Nafsu Amarah, Masih Banyak Nafsu-Nafsu Lain Yang Akan Berhadapan Dengan Kita

Setelah seorang murid berhasil melewati nafsu amarah, ia akan berhadapan dengan nafsu lawamah. Pada tahap nafsu lawamah ini, ia akan merasakan pertarungan sengit antara kebaikan dan keburukan. Terkadang kebaikan yang menjadi pemenang, tetapi terkadang keburukan yang menjadi pemenang.

Ketika ia telah mampu keluar dari kubangan maksiat, namun tiba-tiba keinginannya untuk bermaksiat muncul kembali, sebaiknya ia segera terus berdzikir dengan lafadz jalalah (Allah) untuk melawan nafsu ini.

Dalil yang dipakai untuk menunjukkan kebolehan berdzikir dengan lafadz jalalah adalah firman Allah SWT, “katakan ‘Allah’ dan tinggalkan mereka yang sedang tenggelam dalam permainannya”.

Dalil lainnya adalah hadits nabi SAW, “akan datang suatu zaman dimana tidak ada seorang pun yang menyebut-nyebut lafadz ‘Allah’”.[1]

Zaman ini adalah zaman akhir. Sebelum hari kiamat tiba, semua orang mukmin akan dimatikan oleh Allah SWT dengan datangnya bau yang harum yang akan mencabut nyawa-nyawa mereka. Oleh karena itu, hendaknya kita mengucapkan alhamdulillah karena tidak akan ada orang mukmin yang mengalami hari kiamat.

Dzikir Alhamdulillah ini sebaiknya dibaca sebanyak 100.000 kali. Sebenarnya para ulama zaman dahulu telah menetapkan bilangan tertentu. Namun ulama zaman sekarang mengubahnya, dan jumlah 100.000 itu adalah bilangan yang paling cocok untuk diamalkan pada kondisi saat ini.

Para ahlullah (kekasih Allah) menganjurkan agar tidak berdzikir dengan lafadz ‘Allah’ jika ia sedang sakit panas / demam. Dzikir dengan lafadz ‘Allah’ dapat meningkatkan suhu panas. oleh sebab itu apabila tubuh tidak kuat menahan panas dapat mengakibatkan kematian.

Jika kita sedang merasa kedinginan cara mengatasinya adalah dengan melakukan dzikir ‘Allah’. Tetapi hal ini akan mengurangi nilai keikhlasan, karena pada dasarnya kita tidak berdzikir dengan tujuan untuk mendapatkan hasil/kenikmatan dunia. Seyogyanya kita berdzikir karena mencintai Allah SWT dengan hati dan perasaan kita.

Setelah itu kita beralih pada dzikir dengan cara menyebutkan dzomir (kata ganti) yang menunjukkan keberadaan Allah SWT. Kata ganti itu adalah lafadz huwa. Ketika sang murid terus-menerus melanggengkan dzikir, hatinya akan menjadi seperti kawah yang menampung cahaya-cahaya ilahi. disamping itu rahasia-rahasia akan turun dari langit -baik itu rahasia alam mulk maupun malakut.

Hendaknya seorang murid tidak melihat pada sesuatu selain Allah SWT -baik itu berupa anwar (cahaya) maupun asror (rahasia)-. Allah adalah tujuan kita satu-satunya. Allah adalah maksud dari segalanya.

Jika kita merasakan suatu kenikmatan ketika sedang berdzikir, kita harus ingat bahwa dzikir ini tidak dimaksudkan untuk mencari kenikmatan. Tujuan pokoknya adalah agar kita bisa lebih beradab dan memiliki sopan santun kepada Allah SWT.

Syekh Ali Jum’ah, Tariq ila Allah

 

[1]               Hadits riwayat Muslim, Ibnu Habban, Tirmidzi

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: