Setelah wafatnya Abuya Sayyid Muhammad Al Maliki, rubath Ar-Rushaifah dipimpin oleh putranya -Al-Khalifah As-Sayyid Ahmad-. Pada Suatu hari As-Sayyid Ahmad mengalami kebingungan oleh berbagai permasalahan pondok yang dihadapinya, terutama masalah keuangan. Beliau benar-benar merasa galau hingga ahirnya bertawasul dengan al-marhum Ayahandanya.
As-Sayyid Ahmad bertawasul dengan berkata, “wahai Abuya, ini adalah pondokmu, tolong perhatikan kami, bantu kami menghadapi kesulitan ini”. Dan pada suatu malam sang Ayahanda pun menemui sang putra.
Beliau berkata di dalam mimpinya, “aku sudah mengetahui semuanya wahai putraku, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku selalu mengawasi, membantu, dan membimbingmu. Tenanglah, besok pagi akan ada orang yang datang membawa sejumlah uang”.
Keesokan harinya benar-benar ada orang yang datang membawa sejumlah uang yang bisa mengatasi kesulitan saat itu, Alhamdullillah. As-Sayyid Ahmad pernah bercerita kepada salah satu santrinya -Musthofa Husain-, bahwa Abuya seringkali mendatanginya, ia selalu memberikan nasehat dan bimbingan bahkan hal-hal yang terkecil sekalipun.
Dan beliau yakin bahwa Ayahandanya adalah seorang Wali Quthub yang senantiasa membimbing khalifahnya dalam melanjutkan misi dakwah dan mencetak para ulama yang akan tersebar ke seluruh penjuru dunia.
Musthofa Husain Al-Jufri, Al-Injaz fi karamti fakhril hijaz