Karamah adalah salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang saleh dan salehah. Namun, tidak setiap orang saleh diberi keistimewaan ini. Tujuan diberikannya karamah kepada seseorang adalah agar ia menjadi panutan bagi orang-orang di sekelilingnya, sehingga keberkahan yang menempel pada orang itu akan menular pada banyak orang.
Dan percaya pada karamah merupakan salah satu jenis iman yang harus ada pada diri seorang mukmin. Apabila ia tidak percaya dengan karamah -yang termasuk bagian dari kekuasaan Allah-, berarti iman orang itu masih belum sempurna.
Dikisahkan, pada suatu sore Kyai Kholil Bangkalan bersama salah satu murid dan sekaligus sahabatnya -Kyai Syamsul Arifin- berbincang asyik di pinggir pantai daerah Bangkalan. Mereka memperbincangkan banyak hal, terutama yang berkaitan dengan permasalahan umat saat itu.
Saking asyiknya, mereka lupa waktu dan tidak sadar matahari akan segera tenggelam, padahal mereka belum shalat asar dan tidak mungkin melakukannya dengan sempurna.
Ketika diingatkan oleh Kyai Syamsul Arifin bahwa mereka belum shalat asar, awalnya kyai Kholil kaget bercampur kecewa. Tetapi beliau tidak kehilangan akal, ia mencari daun kerocok (sejenis daun aren yang dapat mengapung di atas air). Ia taruh daun itu di pinggir pantai sambil mengajak kyai Syamsul Arifin untuk menaikinya.
Kyai Kholil menatap ke arah Ka’bah. Dan tidak lama kemudian, mereka berdua akhirnya sampai di Masjidil Haram ketika shalat asar akan dilaksanakan, dan mereka bisa berdiri di shaf pertama. Subhanallah, La haula walaa quwwata illa billaah.
Berbagai sumber
Baca Juga : Sirah Nabawiyah
Diantara keistimewaan wali-wali Allah…
SukaSuka